Kiat Antigalau (Al-Furqoon: 58)

Sebenarnya, resep-resep dan kiat-kiat antigalau sudah Allah tunjukkan kepada kita, antara lain di dalam Kitab Al Qur-an. Salah satu ayat yang menunjukkannya adalah ayat ke-58 dari surah Al-Furqoon (25) 😉

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا ~ ٢٥:٥٨

Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal), Yang Tidak Mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hambaNya.” [Q.S. 25: 58]

Di dalam ayat tersebut tertuang kiat-kiat antigalau untuk kita, agar kita tidak terlalu bersedih.. 😉

Berikut adalah Kiat-kiat Antigalau:

Baca lebih lanjut

Tafsir Kata ‘Jahiliah’

Assalamualaikum Wr Wb
Ustaz, apakah benar tafsir kata ‘jahiliah’ adalah kebodohan. Apakah sudah ada istilah jahiliah pada zaman jahiliah dahulu. Mohon jelaskan pula contoh-contoh jahiliah menurut Alquran. Terima kasih.

Fatih, Surabaya

Wa alaikumussalam Wr Wb
Terminologi ‘jahiliah’ muncul di dunia setelah periode Islam. Alquranlah yang memunculkan istilah ini. Karena itu, tak satu pun kamus bahasa yang mengangkat istilah jahiliah pada periode pra-Islam. Istilah jahiliah dalam Alquran kemudian dipopulerkan oleh Nabi SAW, seperti ungkapan beliau kepada sahabat Abu Dzar: “Sungguh masih ada dalam dirimu unsur kejahiliahan.”

Perkataan Rasulullah itu diriwayatkan Imam Muslim dari Abdurrahman bin Suweid, berkenaan dengan nasihat Rasulullah kepada Abu Dzar agar memperlakukan budaknya bukan dengan cara-cara jahiliah. Syariat islam yang dipesankan Rasulullah adalah memerintahkan Abu Dzar agar memberi makanan dan pakaian para budak seperti yang dimakan dan dipakai oleh majikan, juga larangan membebani mereka di luar batas kemampuan. Dianjurkan pula menolong dan meringankan beban pekerjaan mereka.

Baca lebih lanjut

Hal-hal yang Bisa Membakar Nilai Amal Ibadah

Hal-hal yang mengurangi dan bisa membakar nilai amal ibadah:

  1. Sudah sholat, buka aurat lagi,
  2. Janji taubat, ma’siyat lagi,
  3. Beramal tetapi riya,
  4. Pulang haji masih berbuat dzholim,
  5. Sudah nikah masih berzina ~ (40 tahun amal sholeh hangus karena zina),
  6. Tekun ibadah tetapi durhaka kepada orang tua,
  7. Setelah dzikir, gosip lagi,
  8. Sudah sukses, dengki pada yang lain,
  9. Beriman, tetapi percaya pada dukun dan zimat-zimat,
  10. Sudah beramal sembunyi-sembunyi, diam-diam ujub.

(Al Qur-an; Surah 9 ayat 17)

Ayo ikhtiar terus memperbaiki amal kita, Sahabatku..
K. H. Muhammad Arifin Ilham

~

Diambil dari
halaman Facebook K. H. Muhammad Arifin Ilham,
11 Februari 2011, 03.30 WIB
,
dengan sedikit penyuntingan, tanpa mengubah esensi tulisan. (Fariz) 😉

Prof. Azyumardi: Pendidikan Islam di IAIN adalah “Islam Liberal”

Rektor UIN Prof Dr Azhar Arsyad MA menerima kunjung an tim CIDASelasa, 25 Januari 2011

Oleh: Dr. Adian Husaini

“Sebagai lembaga akademik, kendati IAIN terbatas memberikan pendidikan Islam kepada mahasiswanya, tetapi Islam yang diajarkan adalah Islam yang liberal. IAIN tidak mengajarkan fanatisme mazhab atau tokoh Islam, melainkan mengkaji semua mazhab dan tokoh Islam tersebut dengan kerangka, perspektif dan metodologi modern. Untuk menunjang itu, mahasiswa IAIN pun diajak mengkaji agama-agama lain selain Islam secara fair, terbuka, dan tanpa prasangka. Ilmu perbandingan agama menjadi mata kuliah pokok mahasiswa IAIN.”

“Jika di pesantren mereka memahami dikotomi ilmu: Ilmu Islam (naqliyah dan ilmu keagamaan) dan ilmu umum (sekuler dan duniawiah), maka di IAIN merekadisadarkan bahwa hal itu tidak ada. Di IAIN mereka bisa memahami bahwa belajar sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, sama pentingnya dengan belajar ilmu Tafsir al-Quran. Bahkan ilmu itu bisa berguna untuk memperkaya pemahaman mereka tentang tafsir. Tetapi, IAIN tidak mengajarkan apa yang sering disebut dengan “islamisasi ilmu pengetahuan” sebab semua ilmu yang ada di dunia ini itu sama status dan arti pentingnya bagi kehidupan manusia.”

Itulah pernyataan Prof. Dr. Azyumardi Azra saat menjabat sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Pernyataan itu dimuat dalam buku IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia (2002, hal. 117), yang diterbitkan atas kerjasama Canadian International Development Agency (CIDA) dan Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam (Ditbinperta) Departemen Agama.

Pengakuan Profesor Azyumardi Azra tentang corak liberal dan liberalisasi pendidikan Islam di IAIN itu tentu saja menarik untuk kita simak, sebab disampaikan bukan dengan nada penyesalan, tetapi justru dengan nada kebanggaan. IAIN merasa bangga, sebab sudah berhasil mengubah banyak mahasiswanya yang kebanyakan berbasis pesantren/madrasah menjadi mahasiswa atau sarjana-sarjana liberal.

Baca lebih lanjut

Maryam Jameela, Masuk Islam Usai Diterpa Propaganda Yahudi

Dunia mengenal tokoh yang satu ini sebagai seorang intelektual serta penulis ternama di bidang agama, filsafat, maupun sejarah. Maryam Jameela, demikian nama muslimnya. Ia telah menghasilkan sejumlah karya yang cukup penting dalam khazanah pemikiran Islam, antara lain Islam and Western Society: A Refutation of the Modern Way of Life, Islam and Orientalis,  Islam in Theory and Practice, dan ‘Islam and the Muslim Woman Today’.

Salah satu hal yang patut dicatat dari tulisan-tulisan serta pemikiran Maryam Jameela, adalah keyakinannya terhadap agama Islam yang dinilainya sebagai agama terbaik. Islam merupakan agama dengan keunggulan paripurna, sehingga merupakan satu-satunya jalan untuk menuju kehidupan lebih baik, baik di dunia maupun akhirat.

Melalui karyanya, Maryam ingin menyebarkan keyakinannya itu kepada segenap umat Muslim di seluruh dunia. Harapannya adalah agar umat semakin percaya diri untuk dapat mendayagunakan keunggulan-keunggulan agama Islam tersebut demi meraih kejayaan di berbagai bidang kehidupan.

Sikap dan pemikiran yang ‘trengginas’ itu tampaknya tak bisa dilepaskan dari latar belakang kehidupan cendekiawan ini. Sejatinya, wanita kelahiran 23 Mei 1934 tersebut adalah seorang Yahudi. Keislamannya berlangsung ketika masih berusia remaja.

Ia menyandang nama Margareth Marcus sebelum memeluk Islam. Berasal dari keluarga Yahudi, Margareth dibesarkan dalam lingkungan yang multietnis di New York, Amerika Serikat. Nenek moyangnya berkebangsaan Jerman. “Keluarga kami telah tinggal di Jerman selama empat generasi dan kemudian berasimilasi ke Amerika,” papar Maryam, dalam buku Islam and Orientalism .

Baca lebih lanjut

Jangan Mempersulit Sesama Muslim

Berawal dari hal yang sangat sederhana, hanya karena mempersulit, berbelit-belit, atau mungkin hanya iseng untuk mengerjain seseorang, teman atau kerabat. akan tetapi sadarilah, hal yang diakibatkan oleh ulah kita tersebut insyaa-allah dapat mengakibatkan malapetaka yang amat panjang atau pedih atau bencana yang tak terkira kepada kita.

Bagaimana bisa, seseorang yang mengaku melakukan segala sesuatu untuk mencari ridlo Allah, menjalani hidup ini dengan ikhlas, bukan muslim yang abal abal (islam ktp), tetapi tingkah laku dan perilakunya tidak menggambarkan wajah islam yang hadir didalam kehidupannya. Memang dari segi moral tidak melakukan dosa-dosa besar, atau perbuatan yang terlarang dalam islam, tetapi memiliki kebiasaan untuk mempersulit siapa saja yang ditemuinya.

Baca lebih lanjut

Metode Pendidikan Paripurna Rasulullah SAW

(Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW)

Oleh: Yusuf Hasan

Fraksi-PKS Online: “Muhammad merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar” (Robert L. Gullick Jr. dalam bukunya Muhammad, The Educator)

Sepanjang sejarah dunia, Islam telah terbukti membangun peradaban manusia yang gemilang. Islam mampu mencerahkan peradaban gelap gulita menuju terang benderang. Dua puluh abad yang silam, Nabi Muhammad SAW datang dengan membawa kabar suka yakni membebaskan manusia dari kejahiliyahan dan kebodohan yang mengitari kehidupan pada zaman tersebut. Penindasan, perbudakan, dan kezaliman-kezaliman yang terjadi. Lahirlah peradaban Islam yang gemilang. Factor paling menentukan ketika itu adalah keimanan dan keilmuan. Tidak ada dikotomi dari keduanya. Keimanan dan keilmuan adalah dua factor mendasar keberhasilan kejayaan Islam.

Pendidikan Rasul: Al Qur’an berjalan
Muhammad lahir dari seorang yang buta huruf. Ia hanyalah seorang penggembala di masa kecilnya. Tetapi tak ada yang menafikan bahwa Muhammad kecil menjelma menjadi sosok manusia agung. Seorang pemimpin politik dan sekaligus pemimpin religius. Lautan keajaiban akan selalu ditemukan ketika membahas Muhammad SAW. Pribadi yang menawan, rendah hati, penyayang, penuh kasih dan cinta. Seorang ahli ibadah meski Allah telah memberikan jaminan surga kepadanya.

Sejarah mencatat Nabi Muhammad SAW telah menanamkan kasih sayang dalam kepemimpinanya. Jelas, bagaimana cara Ia memimpin, berinteraksi dan mendidik pengikutnya. Tak heran, kejayaan Islam pertama di pegang oleh tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya. Kita bisa melihat bagaimana preman pasar semacam Umar bin Khatab yang kemudian menjadi kepala negara yang susah dicari tandingannya di masa sekarang atau Khalid Bin Walid menjelma menjadi seorang jendral perang dari hanya seorang jagoan kampung. Dan hamba sahaya semacam Salman Al Farisi yang sebelumnya hanya mengenal cara menanam dan merawat kurma di Madinah bisa menjadi gubernur yang sukses di Persia. Serta  bagaimana pengembala kambing seperti Abdullah bin Mas’ud bisa menjadi ahli tafsir al qur’an?

Baca lebih lanjut

FUI Meminta Pemerintah Larang Keberdaan LSM Liberal

(Atasi Penyebaran Aliran Sesat)

JAKARTA–Puluhan ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) meminta agar pemerintah dan aparat keamanan untuk melarang keberadaan LSM-LSM liberal dan penyebar aliran sesat. ”Kepada pemerintah dan aparat keamanan kami harap untuk menggunakan kewenangannya guna melarang keberadaan LSM-LSM liberal dan penyebar aliran sesat kaki tangan kaum imprialis barat,” tegas Muhammad Al Khaththath, Sekjen FUI dalam aksi unjukrasa damai bersama ratuisan massa FUI di depan Gedung MK Jakarta, Rabu (24/2).

Ditambahkan Al Khaththath, bahwa FUI juga meminta pada pemerintah untuk mengaudit LSM-LSM tersebut dan keterlibatan imprialis asing di dalamnya, demi terwujudnya rasa terntarm umat beragama dan demi terjaganya keamanan dan stabilitas negara.

”FUI juga meminta pada MK untuk tidak menerima dan menolak permohonan uji materiil UU no 1/PNPS/1965 oleh LSM-LSM liberal maupun individu-individu liberal serta pembela aliran sesat tersebut. Justru kami memohon agar MK meningkatkan efektivitas UU No 1/PNPS/1965 dalam memberikan efek jera kepada para penoda dan pemalsu agama,” tegas Al Khaththath.

Baca lebih lanjut

Aku dan Keangkuhan

Oleh: Muhamad Sahrul Murajjab

Seorang bijak ditanya oleh salah seorang muridnya. “Tuan Guru, adakah kejujuran yang tidak baik?” Sang guru bijak pun menjawab, “Pujian seseorang atas dirinya sendiri.” Maksudnya, ketika seseorang bercerita hal-hal baik tentang dirinya sendiri, meskipun cerita tersebut benar adanya, hal itu adalah kejujuran yang tidak baik. Sebab, bisa memunculkan perasaan bangga diri dan kesombongan.

Ketika seseorang mengatakan `aku’, yang biasanya timbul adalah subjektivitas. Bahkan, tidak jarang pula kata tersebut memiliki efek negatif bagi kehidupan sosial. Dikisahkan dalam Alquran bahwa makhluk yang pertama kali mengucapkan kata `aku’ dengan penuh kesombongan dan perasaan tinggi hati adalah iblis.

Tatkala Allah SWT memerintahkan iblis bersujud kepada Adam AS, ia menolaknya dengan congkak sembari berkata, “Aku lebih baik darinya (Adam). Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan engkau menciptakannya dari tanah.” (QS Al-A`raf [7]: 12).

Baca lebih lanjut

Iqra’

WORDPRESS

printSend to friend

Oleh Prof Dr Nasaruddin Umar

Mengapa ayat pertama dalam Alquran berupa kalimat perintah iqra’ (bacalah)? Mengapa perintah itu untuk seorang yang buta huruf (ummy)?

Prof Hull dalam karya monumentalnya History and Philosophy of Science mengungkap salah satu misteri iqra’. Menurut Hull, siklus pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan terjadi setiap enam abad. Ia memulai penelitiannya dengan mengkaji abad VI SM sampai abad I M.

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani terkemuka, seperti Tales, Pytagoras, Aristoteles, dan Plato. Pada periode ini, para filsuf mengungguli popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama. Tokoh agama hampir tidak ditemukan ketika itu.

Periode kedua diawali oleh lahirnya Nabi Isa (I M) sampai abad VI M. Periode ini ditandai dengan merosotnya popularitas filsuf atau ilmuwan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi dengan gereja. Mereka mengaku wakil Tuhan di bumi.

Baca lebih lanjut