Zionisme dan Sepakbola: Dari Paganisme ke Lapangan Hijau

Jika anda saya tanya perihal dimanakah negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 nanti? Pasti anda akan cepat menjawab, Afrika Selatan. Lalu jika anda saya tanya siapakah kapten AS Roma saat ini? Tentu anda lugas menyebut Il Attacante, Fransesco Totti. Sambil sesekali anda bubuhi kata-kata khas romanisti kepada saya “Jagoan gua tuh, enak aja lu.”

Oleh Pizaro, Konselor Muslim

Peserta Diskusi Sabtuan Islamic Studies INSIST dan Humas Kajian Zionisme Internasional (KaZI)

Akan tetapi jika kemudian pertanyaannya saya ubah, seperti negara atau wilayah manakah nantinya menjadi awal mula hembusan angin akhir zaman akan menyemilir umat muslim seperti tertuang pada agama kita?

Mungkin anda akan tersenyum, atau beberapa dari anda akan menerawang ke awan dan ketika mata anda sudah kembali ke asal, jawaban juga belum anda dapat. Lantas jika anda saya tanya siapakah sahabat Nabi Muhammad SAW yang pernah bermimpi tentang kematian dirinya saat digambarkan mengeluarkan burung dari mulutnya? Mungkin saya juga akan dapat kerenyutan dahi dari anda semua, tak lebih.

Baca lebih lanjut

Mensos Dukung Pembangunan RS RI di Gaza

Jakarta, (tvOne)

Menteri Sosial (Mensos), Salim Segaf Al Jufri menyatakan, dukungannya secara moril atas rencana misi kemanusiaan berupa pembangunan rumah sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. “Misi sosial kemanusiaan untuk rakyat Palestina juga menunjukkan eksistensi kepedulian Bangsa Indonesia di tingkat dunia, sehingga rencana (membuat rumah sakit) perlu didukung,” katanya saat menerima delegasi organisasi relawan kegawatdaruratan kesehatan `Medical Emergency Rescue Committee (MER-C)` di Jakarta, Rabu (27/1).

Dalam kunjungan silaturahmi itu, MER-C Indonesia dipimpin Ketua Presidium, dr Sarbini Abdul Murad disertai Ahyahudin Sodri dari MER-C Indonesia Cabang Jerman, serta Humas MER-C Riny Nurmarita. Pembangunan rumah sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina adalah prakarsa bersama masyarakat dan pemerintah Indonesia, setelah misi bantuan kemanusiaan ke Gaza yang dipimpin Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (PPK-Depkes) dr Rustam S Pakaya pada Januari 2009.

Kemudian pada Konferensi Antarbangsa Rekonstruksi Gaza yang berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir awal Maret 2009, delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Kesra, saat itu dijabat Aburizal Bakrie, dengan anggota delegasi terdiri dari Dubes RI untuk Mesir Abdurrachman Fachir, Sesmenko Kesra Indroyono Soesilo, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Hamzah Thayeb, dan Direktur Timur Tengah Aidil Chandra Salim, menawarkan pembangunan berbagai sarana. Sarana itu, di antaranya sarana pendidikan dan kesehatan berupa sekolah dan rumah sakit di Jalur Gaza serta berbagai pelatihan dan pendidikan untuk rakyat Palestina.

Pada kesempatan tersebut, mensos juga memberikan masukan kepada MER-C Indonesia dan unsur terkait lainnya dalam pemerintah agar terus melakukan pendekatan khusus kepada Pemerintah Mesir, mengingat pintu masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah, pemegang “kunci”-nya adalah Mesir. “Dalam kaitan diplomasi seperti itu, ranahnya adalah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia, sehingga perlu terus dijalin komunikasi mengenai hal tersebut,” katanya.

Salim Segaf Al Jufri yang sebelumnya menjabat Duta Besar (Dubes) Indonesia di Arab Saudi menambahkan, bahwa kiat berkomunikasi dengan negara-negara Arab, “Dengan komunikasi yang pas, maka hubungan yang positif akan memudahkan rencana pendirian rumah sakit Indonesia di Gaza,” katanya.

Baca lebih lanjut

Dr. Salim Segaf: “Inna lillahi …Walhamdulillah”

Tak ada persiapan khusus di rumah kediaman Dr. Salim Segaf Al-Jufri, MA, saat pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Kamis malam. Rumah di komplek Pejaten Residence Kav. 12-A, Jakarta Selatan itu memang baru dihuni selama dua bulan. “Saat bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman, rumah kami di kawasan Condet dijual. Lalu, kami pindah ke sini,” ujar Doktor Salim, demikian panggilan akrab Menteri Sosial RI yang baru.

Malam itu, tokoh yang tercatat sebagai Dosen Pascasarjana di Universitas Islam Negeri, Jakarta itu ditemani isterinya, Hj. Zaenab Alwi, dan mertuanya, H. Alwi Basri serta ibu. Tampak pula tiga dari lima orang anaknya: Sarah, Afaf dan Rihab. Putera sulungnya, Idrus, sedang menempuh kuliah di Madinah, sedang puteri bungsunya, Sumayyah, sudah istirahat. Kehidupan keluarga yang bersahaja tampak dari ruang tamu dan ruang keluarga yang dilengkapi peralatan seperlunya.

“Bangsa ini masih menghadapi persoalan besar yang harus kita selesaikan bersama-sama. Sebagian saudara kita juga masih banyak yang hidup kurang sejahtera. Tugas Departemen Sosial sangat berat,” ungkap cucu Pendiri Organisasi Al-Khairaat, “Guru Tua Al-Jufri” dari Palu, Sulawesi Tengah. Sebuah pesawat televisi berukuran 21 inchi terlihat kurang jelas gambarnya, karena antena ruang dalam tidak berfungsi dengan baik. Tapi, Doktor Salim tetap tenang dan ramah menyambut para tetamu dari kalangan wartawan, aktivis organisasi sosial dan lembaga swadaya masyarakat, serta kalangan birokrat.

Saat nama Dr. Salim Segaf Al-Jufri disebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada urutan ke-21, pria kelahiran Solo, 17 Juli 1954 itu mengucapkan “Inna lillahi …walhamdulillah”, dengan nada khusyuk karena sadar beratnya amanah yang akan dipikul. Lalu, Doktor Salim menghampiri kedua orang mertuanya, H. Alwi Basri, dan mencium tangan mereka. Ibu mertuanya membisikkan doa agar anak menantunya tabah dan konsisten dalam menjalankan tugas negara. Kemudian, Hajjah Zaenab mencium tangan suaminya, dan kepada wartawan menyatakan “Saya siap mendukung tugas suami secara moral dan spiritual.” Ketiga puterinya juga mencium tangan orangtuanya dan memberi semangat.

Baca lebih lanjut

‘Bukan Asal Rajam dan Potong Tangan’

LAPORAN UTAMA

Di Arab Saudi, tidak ada satu orang pun yang dihukum rajam sampai mati dalam 10 tahun terakhir ini.

Tak sedikit kalangan yang alergi dengan hukum Islam. Sebagian kalangan menuduh hukum Islam  yang memberlakukan rajam (melempar orang yang berzina hingga wafat) serta potong tangan bagi pencuri dan koruptor sangat kejam dan melanggar hak azasi manusia (HAM).

Pandangan seperti itu, sesungguhnya tak berdasar. Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Aly, mengungkapkan, pemerintah berkewajiban untuk menegakkan syariat Islam guna mencegah masyarakatnya untuk tidak melakukan kejahatan atau pelanggaran hukum, misalnya terkait dengan perzinaan, pencurian, korupsi, perjudian dan pembunuhan.

“Hukum Jinayat yang mengatur tentang masalah rajam bagi pezina yang telah menikah itu sebagai bentuk pencegahan agar setiap orang tidak melakukan perbuatan zina,”  tutur Tgk Faisal.  Pimpinan pondok pesantren di Sibreh Aceh itu, mengungkapkan, hukuman rajam kepada pezina tak dijatuhkan begitu saja, namun  diatur dalam Hukum Acara Jinayat.

“Artinya, dalam Hukum Acara Jinayat itu ada aturan jika seseorang bisa dituduh telah berzina, misalnya harus ada empat saksi yakni orang yang adil,” katanya menambahkan. Karena itu , Tgk Faisal  minta pihak-pihak yang menolak terbitnya Qanun Hukum Jinayat dan Hukum Acara Jinayat agar mempolemikkan masalah tersebut, termasuk upaya menakut-nakuti masyarakat.

Baca lebih lanjut