Bentengi Pesantren dari Bahaya Sepilis! (1)

Waspadai LSM berkedok Islam.

Ada LSM lokal dengan dana asing yang sangat aktif menyebarkan paham Pluralisme Agama dan kesetaraan gender di pondok-pondok pesantren

Oleh: Adhes Satria

resize001Jakarta- Bahaya tengah mengancam pesantren dan perguruan tinggi Islam. Bak virus mematikan, Sekularisme, Pluralisme dan Liberalismei menyusup ke dalam tubuh pesantren dengan dalih pencerahan dan peningkatan wawasan keagamaan, budaya dan social di kalangan pesantren.

Waspadai LSM-LSM berkedok Islam yang selama ini aktif menyebarkan buku-buku berpaham Pluralisme Agama dan kesetaraan gender. Mereka disokong dana puluhan milyar rupiah dari lembaga-lembaga asing (Ford Foundation & The Asia Foundation), untuk membuat acara-acara dan program “pembinaan” Pondok Pesantren.

Sebut saja ICIP (International Center for Islam and Pluralism), sebuah LSM yang sangat aktif menyebarkan paham Pluralisme Agama dan kesetaraan gender di pondok-pondok pesantren.

Majalah terbitan ICIP “Al-Wasathiyyah” adalah bentuk penyebaran kaum Jaringan Iblis Laknatullah (JIL) melalui doktrin Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme). Media tersebut memang disebarkan ke beberapa kalangan pesantren.

Pada edisi No. 02/2006, Al Wasathiyyah membantah bahwa pihaknya menyebarkan paham Pluralisme Agama yang telah diharamkan MUI. Katanya, yang disebarkan ICIP adalah “Pluralisme mu’amalah” yakni pluralisme yang mengakui keragaman agama, yang berhubungan dengan tata pergaulan masyarakat.

Sejumlah artikel di Al Wasathiyyah dan buku-buku lain terbitan ICIP yang disusupkan ke pesantren-pesantren menunjukkan ICIP punya agenda tertentu untuk menebarkan paham Sipilis.

Simak saja, tulisan dalam media tersebut: “Dalam Al Qur’an tidak ada satu ayat pun yang menyatakan akan menghapuskan kitab-kitab umat lain yang pernah diwahyukan sebelumnya, tetapi hanya mengavirmasi (menegaskan) validitasnya.”

Atas pernyataan itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini, MA, dalam Muhadloroh “Ijtima’ Nasional Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia” yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) di Jakarta, belum lama ini (11-12 Februari), menilai pernyataan itu sangat tidak berdasar.

Begitu banyak ayat Al Qur’an yang menyebutkan bahwa kaum Yahudi telah mengubah-ubah kitab mereka. Jadi, Al Qur’an bukan hanya mengafirmasi keabsahan kitab-kitab terdahulu, tetapi Al Qur’an juga menjelaskan bahwa kitab-kitab sebelum Al Qur’an sudah diubah-ubah oleh para pemuka agama mereka, sehingga tidak jelas lagi mana yang asli dan mana yang tambahan.

Gagasan Pluralisme ala ICIP yang disebarkan ke pesantren-pesantren juga bisa dilihat dalam satu buku terbitannya yang berjudul “Modul Islam dan Multikulturalisme” (cetakan I, Maret 2008). Menurut ICIP, Yahudi dan Nasrani bukanlah kafir, tetapi pada masing-masing agama ada yang beriman dan ada yang kafir.

Jadi, di kalangan muslim, ada yang beriman dan ada yang kafir. Begitu juga dalam Yahudi dan Kristen, ada yang beriman dan ada yang kafir. “Logika seperti ini sangat menggelikan, sebab begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang secara tegas menyebut, bahwa kaum Ahlul Kitab adalah termasuk kategori kafir.

ICIP juga menyebarkan gagasan untuk membongkar ajaran-ajaran Islam, termasuk hal-hal yang sudah qath’iy. “Semua ajaran Islam pada dasarnya adalah bisa diijtihadkan kembali, tak terkecuali ajaran-ajaran yang bersifat qath’iy,” tulis ICIP dalam bukunya. Pandangan dan sikap ICIP terhadap Pluralisme Agama bisa dilihat jelas pada buku yang diterbitkannya: “Interfaith Theology: Responses of Progressive Indonesian Muslims” (diterbitkan atas dukungan dari The Asia Foundation, 2006).

Tim penulis buku ini antara lain: Zainun Kamal, Nurcholish Madjid, Masdar F. Mas’udi, Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Kautsar Azhary Noer, Zuhairy Misrawi, dan Ahmad Gaus AF. Buku ini merupakan edisi bahasa Inggris dari Buku “Fiqih Lintas Agama” (Jakarta, Paramadina, 2004).

Selain mengatakan, nama Tuhan bukanlah hal yang asasi (Red: maksudnya nama Allah bukan keharusan), ICIP juga menulis, “Muslim pluralis sejati ketika meminta doa kepada orang-orang non-Muslim adalah mungkin dan tidak dilarang.”

Jadi, definisi pluralis sejati, seperti yang disebarkan ICIP adalah semua agama, agama apapun, adalah menuju Tuhan yang sama. Inilah sebuah konsep Pluralisme yang disebut sebagai “Kesatuan Trasenden Agama-agama”. Dalam konsep ini tidak ada agama yang dianggap sesat atau salah.

Mau shalat cara Islam, atau sembahyang gaya Lia Eden atau agama Gatholoco, semuanya dipandang sama-sama akan menuju kepada Tuhan yang sama. Itulah ngaconya ICIP dengan paham sesatnya.

Sumber: Cyber Sabili

Satu komentar di “Bentengi Pesantren dari Bahaya Sepilis! (1)

  1. 1.Cobalah belajar mendengar dan open mind krn perbedaan dlm islam adalah sunatullah.perbedaan yg disikapi dg pemikiran positif akan mendatangkan kebaikan dan kemajuan serta mencerdaskan.ALLAH JADIKAN MANUSIA BERSUKU2 BERBGS2(berbeda2) SPY SALING KENAL(bukan berantem) DAN BERLOMBA2 LAH DLM TAKWA. Beda dikit dibilang kafir…sombong sekali anda!!!
    2.Maksud JIL itu ada 2 thema.thema 1:bgmn kita memilih berbagai agama/keyakinan u kita pilih(arah dr luar ke dalam);tentu kita pilih yg terbaik yi ISLAM.thema ke2:bgmn kita bersikap menghadapi banyaknya perbedaan/pluralisme(arah dr dalam ke luar).ya tentu kita cari sebyk mungkin persamaannya,benang merahnya.ALLAH memberi kepada SETIAP UMMATNYA tanpa kecuali ‘hard ware’ /nilai2ketuhanan-Kebajikan agar memperoleh keselamatan jg(meski dia atheis sekalipun).ALLAH MAHA KUASA MAHA PENYAYANG.kenapa kita tidak bisa mensyukuri karunia ALLAH yg ini?apalagi ini terjadi hanya karena pemikiran yg Sempit,merasa benar dan suci sendiri.org2 cerdas di JIL itu hanya krn kebodohan dan kesombongan suatu kelompok dijauhi,dihancurkan karakternya.padahal kalau mau bersikap positif,rendah hati,membuka dialog kedua belah pihak bisa saling mengambil kebaikan masing2.DIALOG ITU MUDAH.JANGAN NIRU SYETAN YG SOMBONG!!!!

Tinggalkan komentar