Tipuan Licik Iblis

Andai iblis secara terus terang menyeru manusia untuk melawan Tuhannya, mungkin hanya sedikit saja orang yang “nekat” mengikutinya. Namun iblis bermisi menyesatkan sebanyak mungkin manusia sejak penciptaan pertama hingga yang terakhir kelak, maka iblis secara licik menipu manusia dengan cara menyamarkan perbuatan-perbuatan maksiat, sehingga perbuatan tersebut terlihat seolah baik di mata manusia.

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang terpilih di antara mereka”.
[Qur-an Surah Al-‘Hijr(15): 39-40]

Mari membuka hati, apakah “kesenangan” yang kita rasakan bukan tipu daya iblis? 😦

Kita tidak bisa beralasan “tidak tahu”, karena kita seringkali “tidak mau tahu”, padahal Allah telah wajibkan setiap insan untuk mencari ilmu.

Iqra’

WORDPRESS

printSend to friend

Oleh Prof Dr Nasaruddin Umar

Mengapa ayat pertama dalam Alquran berupa kalimat perintah iqra’ (bacalah)? Mengapa perintah itu untuk seorang yang buta huruf (ummy)?

Prof Hull dalam karya monumentalnya History and Philosophy of Science mengungkap salah satu misteri iqra’. Menurut Hull, siklus pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan terjadi setiap enam abad. Ia memulai penelitiannya dengan mengkaji abad VI SM sampai abad I M.

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani terkemuka, seperti Tales, Pytagoras, Aristoteles, dan Plato. Pada periode ini, para filsuf mengungguli popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama. Tokoh agama hampir tidak ditemukan ketika itu.

Periode kedua diawali oleh lahirnya Nabi Isa (I M) sampai abad VI M. Periode ini ditandai dengan merosotnya popularitas filsuf atau ilmuwan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi dengan gereja. Mereka mengaku wakil Tuhan di bumi.

Baca lebih lanjut

Pembinaan Mualaf Belum Terstruktur

Jumlah Mualaf Indonesia Tumbuh 10-15 Persen per tahun

WORDPRESS

Muhammad Syafii Antonio, Penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

JAKARTA– Pembinaan mualaf di Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan keimanan mereka. Sayangnya, pembinaan bagi para mualaf masih belum terstruktur. ”Seharusnya, pembinaan terhadap mualaf dilakukan lebih terstruktur,” kata Penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Muhammad Syafii Antonio, di Jakarta, Rabu.

Syafii yang berbicara saat Workshop Pembinaan Mualaf, mengatakan, saat ini pendekatan pembinaan mualaf juga belum menggunakan pendekatan spiritual ataupun intelektual. Mestinya, kata dia, kedua hal itu digunakan dalam pembinaan terhadap mualaf. Bahkan, bisa dilakukan melalui pendekatan yang lebih lengkap.

Menurut Syafii, yang juga dikenal sebagai pakar ekonomi syariah itu, pendekatan finansial juga bisa digunakan dalam melakukan pembinaan terhadap mualaf, selain pendekatan sisi spiritual dan intelektual. Ia mengungkapkan, saat ini pola pembinaan terhadap mualaf sama seperti pergi ke majelis taklim biasa.

Padahal, ungkap Syafii, mualaf datang dari latar belakang intelektual yang berbeda. ”Jika seorang mualaf memiliki latar belakang atau memiliki keahlian di bidang pertanian, misalnya, pembinaan iman terhadapnya bisa dengan pendekatan melalui ayat-ayat yang membahas tentang pertanian,” katanya.

Baca lebih lanjut

Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal

At Tauhid edisi IV/50

Oleh: Satria Buana

Pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, kalau kita membicarakan Ilmu dalam islam, maka kita membicarakan sesuatu yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Sejarah mencatat, kehidupan umat manusia sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk ilahi. Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan, karena itulah masa tersebut masa jahiliyah, yaitu masa kebodohan.

Ketika keadaaan manusia seperti itu maka Allah pun menurunkan Rasul-Nya, dengan membawa bukti keterangan yang jelas, supaya Rasul tersebut bisa membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang berderang dengan keterangan yang sangat jelas, dengan bukti-bukti yang sangat jelas, Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (yaitu syaithan dan apa saja yang disembah selain dari Allah ta’ala) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Islam adalah agama yang sarat (penuh) dengan ilmu pengetahuan, karena sumber ilmu tersebut adala wahyu yang Allah ta’ala turunkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam. Allah ta’ala Berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (An-Najm: 3-4) Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia dan jin. Maka ketika Rasulullah wafat, beliau telah mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allah ta’ala, ilmu yang sempurna, ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

Ilmu Dahulu Sebelum Amal

Baca lebih lanjut