Habib Rizieq: Semestinya Umat Islam Saling Menguatkan

Hari ini terjadi peralihan beberapa sasaran atas dunia Islam. Sekarang targetnya bukan menyerang umat Islam, tapi mengadu domba umat Islam satu dengan yang lainnya. Melahirkan perpecahan, yang semestinya bisa kita hindarkan.

Musuh-musuh Islam memanfaatkan segala cara dan kemampuan mereka. Mereka menggunakan kekuatan finansial, mereka berusaha membeli kelompok-kelompok yang memang bisa dibeli dan dijadikan kaki tangan serta antek-antek musuh Islam. Kemudian mereka dijadikan sebagai bumper untuk berhadapan dengan sesama kaum Muslimin.
Kelompok yang bisa dibeli ini dijadikan sebagai ujung tombak untuk menghadapi para mujahidin. Itulah yang terjadi di wilayah seperti Pakistan. Kelompok Taliban disebut menyerang yang anti Taliban. Kelompok yang anti Taliban disebut menolak yang Taliban. Semua sedang diadu-domba.

Kenapa ada gerakan Islam di Irak, Afghanistan dan juga Pakistan yang memusuhi kepala negaranya? Karena dimata orang-orang yang dipimpin, mereka adalah pemimpin boneka. Terminologi boneka ini sengaja diciptakan oleh kekuatan imperialisme, dan akhirnya mereka yang diuntungkan tanpa harus mengeluarkan pengorbanan.

Umat Islam harus menemukan cara untuk keluar dari situasi adu domba ini. Perbedaan itu wajar, no problem. Ada yang mau berdakwah dengan lembut, silakan. Ada yang dengan hisbah dan tegas, tak ada masalah. Ada juga yang berjihad dengan keras, tidak ada apa-apa. Tapi banyaknya metode itu, seharusnya disatukan dengan syariah. Tidak ada yang boleh melanggar syariah.

Baca lebih lanjut

Taliban Menakutkan? Kata Siapa?

Sudah sejak lama Taliban diberitakan sebagai kelompok Islam yang sentimen terhadap kaum perempuan. Media-media memberitakan bahwa Taliban melarang perempuan ke sekolah dan mengebiri potensi perempuan yang lainnya. Kenyataannya?

Dr Sakena Yacoobi, kepala Afghan Learning Institute, mempunyai pengalaman lain. “Rakyat Afghanistan mempercayai dan melindungi kami karena kami bekerja untuk akar rumput, berdsarkan budaya dan tradisi mereka.” Paparnya.

Yacoobi berusia 59 tahun. Ia sempat sekolah di Amerika setelah meninggalkan Afghanistan pada tahun ketika Soviet menjajah 1979. Di Amerika, ia mendapatkan gelar PhD-nya. Kemudian ia kembali ke Pakistan dan bekerja sebagai petugas sukarelawan di kamp pengungsian.

Ia kembali ke Afghanistan pada tahun 1995 dan kemudian mendirikan sekolah untuk perempuan. Ia sekarang mempunyai sebuah institusi pendidikan yang telah memberikan edukasi kepada lebih dari 6,8 juta perempuan.

Baca lebih lanjut

Siapa Bilang AS Mau Angkat Kaki dari Afghanistan?

Presiden AS Barack Obama boleh saja beretorika akan menarik pasukannya dari Afghanistan dalam sekian bulan atau tahun. Tapi tidak demikian halnya dengan Menteri Pertahanan Robert Gates yang terang-terangan mengatakan bahwa tidak ada batas waktu bagi penarikan mundur pasukan AS di Afghanistan. Itu artinya, AS bisa selamanya menjajah dan memporak-porandakan Negeri Para Mullah itu.

“Terus terang, saya benci dengan istilah strategi keluar,” kata Gates. Dengan sesumbar, Gates berjanji akan lebih fokus untuk memburu anggota dan para pendukung Al-Qaida dengan “tujuan yang jelas dan kemajuannnya bisa terukur.”

Baca lebih lanjut

Tidak Ada Lagi CD Porno di Lembah Swat

Saeed Khan harus kehilangan koleksi VCD dan toko VCD nya di Timargarah, ibukota distrik Dir, setelah diserang oleh pejuang Taliban setempat karena dirinya tidak mengindahkan ancaman mereka untuk menghentikan penjualan film porno.

Sekarang Taliban hampir semua telah dikalahkan di provinsi Restivo, dan ia telah bersiap untuk membuka kembali tokonya, namun dirinya bersumpah tidak akan melanjutkan bisnis kotornya tersebut.

“Saya percaya apa pun yang kami hadapi baru-baru ini (migrasi dan kehancuran) itu hanyalah hukuman atas perbuatan-perbuatan buruk kami,” kata Khan kepada IslamOnline.net.

“Kita semua harus belajar dari semua hal itu.”

Ratusan CD dan video dari toko-toko di lembah Swat yang bermasalah dan selatan distrik di Provinsi Perbatasan Barat Utara (NWFP) telah dihancurkan oleh Taliban selama dua tahun terakhir, terutama beberapa bulan sebelum pasukan keamanan meluncurkan operasi besar-besaran di Swat .

Banyak orang kehilangan mata pencarian kotor mereka dalam serangan Taliban ke toko-toko di daerah tersebut.

Baca lebih lanjut

Beginilah Jeritan Hati Prajurit AS di Afghanistan

Berperang dengan tujuan yang tidak jelas membuat banyak tentara AS yang ditugaskan di Afghanistan mengalami depresi berat dan kekecewaan yang mendalam. Mereka banyak yang merasa putus asa dan cuma satu yang mereka inginkan, kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga.

Pengakuan itu datang dari Kapten Jeff Masengale dari Divisi Gunung ke-10 Batalion Infanteri 2-87 yang dilansir The Times edisi Kamis (8/10). Depresi dan rasa putus asa yang dalam, kata Jeff, membuat moral pasukan AS menurun drastis karena apa tujuan perang ini sebenarnya, tidak jelas.

"Mereka sudah lelah, tertekan, bingung dan ingin segera melewati masa-masa ini," tambah Kampten Sam Rico dari Batalion Artileri Divisi 4-25. Menurut Kapten Rico, tentara-tentara AS merasa telah membahayakan diri mereka sendiri dengan berbagai target yang dibebankan pada mereka.

Baca lebih lanjut