Hal-hal yang Bisa Membakar Nilai Amal Ibadah

Hal-hal yang mengurangi dan bisa membakar nilai amal ibadah:

  1. Sudah sholat, buka aurat lagi,
  2. Janji taubat, ma’siyat lagi,
  3. Beramal tetapi riya,
  4. Pulang haji masih berbuat dzholim,
  5. Sudah nikah masih berzina ~ (40 tahun amal sholeh hangus karena zina),
  6. Tekun ibadah tetapi durhaka kepada orang tua,
  7. Setelah dzikir, gosip lagi,
  8. Sudah sukses, dengki pada yang lain,
  9. Beriman, tetapi percaya pada dukun dan zimat-zimat,
  10. Sudah beramal sembunyi-sembunyi, diam-diam ujub.

(Al Qur-an; Surah 9 ayat 17)

Ayo ikhtiar terus memperbaiki amal kita, Sahabatku..
K. H. Muhammad Arifin Ilham

~

Diambil dari
halaman Facebook K. H. Muhammad Arifin Ilham,
11 Februari 2011, 03.30 WIB
,
dengan sedikit penyuntingan, tanpa mengubah esensi tulisan. (Fariz) 😉

Kemah VVIP di Arafah Terendam

Kemah VVIP di Arafah Terendam

(ANTARA)

Sejumlah mobil terjebak banjir di kawasan Bahrah, perbatasan Jeddah-Makkah, Rabu (25/11). Hujan yang turun di kawasan Jedah, Mekkah serta Mina dan Arafah sempat mengganggu perjalanan calon haji ke Arafah

PADANG ARAFAH–Rombongan pejabat tinggi negara termasuk Menteri Agama, Suryadharma Ali, Tim Komisi VIII DPR, DPD dan KPK menunda jadwal keberangkatan dari Mekah ke Padang Arafah, dari Rabu malam menjadi Kamis (26/11) pagi. Pasalnya, sebagian kemah yang akan dihuni tamu VVIP rusak atau basah karena hujan lebat Rabu (25/11) siang kemarin.

Jemaah calon haji Indonesia yang sedang berada di Mekah, sebagian akhirnya juga meninggalkan Kota Suci itu menuju Arafah pada Rabu malam hari dan sebagian lagi mengikuti imbauan Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) untuk menunda keberangkatannya ke Padang Arafah Kamis pagi ini.

Saat berita ini ditulis, seluruh jemaah haji Indonesia yang akan berwukuf sudah berada di Padang Arafah.

Baca lebih lanjut

Doktrinasi Hajar Aswad

HAJI & UMRAH
Oleh: Setyanavidita Livikacansera
Mencium Hajar Aswad sunnah, sedangkan menjaga kehormatan sesama Muslim wajib.

Mencium Hajar Aswad kerap dijadikan tolak ukur perjalanan haji seseorang. Ketika jamaah haji kembali ke Tanah Air, tidak jarang kerabat atau tetangga melontarkan pertanyaan apakah dia  berhasil mencium Hajar Aswad.

Tidak jarang pula, persepsi masyarakat terhadap Hajar Aswad sedemikian besarnya hingga kadang mencium Hajar Aswad menjadi salah satu ritual utama yang berpengaruh langsung terhadap kemabruran ibadah haji. “Persepsi tersebut sebenarnya keliru karena pada prinsipnya hukum mencium Hajar Aswad adalah sunnah,” tutur da’i kondang KH M Rusli Amin MA.

Dia mengutip Umar bin Al-Khattab dalam salah satu ucapannya yang abadi, “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan, dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu.” (HR Bukhari).

Ritual mencium Hajar Aswad dimulai dari tindakan Rasul yang mencium batu yang tertanam di pojok Selatan Kabah pada ketinggian sekira 1,10 meter dari tanah. Panjangnya sekira 25 sentimeter dan lebarnya sekitar 17 sentimeter. Dari situ, mulailah para jamaah haji mengikuti tindakan Rasul tersebut hinga kini.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.” (Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877), derajat hadis Hasan Shahih).

Rusli menegaskan, apabila keadaan memungkinkan bagi jamaah haji untuk mencium Hajar Aswad, merupakan hal yang sangat baik dan berpahala yang luar biasa. Tapi, sayangnya tidak jarang orang melakukan berbagai cara, bahkan hingga merugikan orang lain, agar mampu memudahkan dirinya mencium Hajar Aswad.

Baca lebih lanjut

Buang Jimat Untuk Hindari Gangguan Jiwa

JAKARTA — Jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci diminta untuk menanggalkan semua jimat beraroma syirik yang dimilikinya. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari gangguan jiwa yang biasanya diderita pemilik jimat ketika di Tanah Suci.

Demikian dikatakan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dr Firdaus Yusuf Rusdi, saat dimintai tanggapannya mengenai banyaknya jamaah haji Indonesia yang mengalami gangguan jiwa di Tanah Suci. Menurut dia, jamaah yang memiliki jimat, biasanya memang akan mengalami gangguan jiwa ketika berada di Mekah ataupun Madinah.

”Tapi kalau sudah keluar (dari Mekah atau Madinah), mereka sembuh dengan sendirinya,” ujar Firdaus.

Firdaus menjelaskan, fenomena itu diketahuinya berdasarkan pengalamannya memimpin petugas kesehatan jiwa para jamaah haji selama empat tahun. Setiap tahun, imbuh dia, ditemukan sekitar 20 jamaah haji pengguna jimat yang akhirnya mengalami gangguan jiwa. ”Itu bukan tergolong kelainan jiwa secara medis,” kata Firdaus.

Baca lebih lanjut