Film Ar-Risalah: Satu Jembatan Barat Islam

Oleh: Ahmad Sarwat, Lc.

Film ini produk Holywood sehingga kualitasnya baik, tetapi yang bikin asli orang Islam, Musthafa Al-Aqqad. Jadi film ini cukup unik, sebab kita tahu Hollywood adalah `kerajaan film yahudi` yang notabene selalu menggunakan kekuatan film dalam rangka melibas apa saja yang sekiranya dianggap bertentangan dengan yahudi. Dan Islam dalam beberapa hal termasuk yang dianggap musuh oleh yahudi. Maka pembuatan film ini diboikot yahudi.

Dan saya bilang film ini asli buatan Hollywood, karena dibuat oleh sutradara dan produser Holywood. Tentunya dengan kualitas Hollywood juga. Jadi sangat beda dengan kalau kita melihat film-film buatan Mesir misalnya, yang rada-rada melow dan meng-India-he sekali. Masak adegan dalam sirah nabi pakai ada tari perut dan nyanyi-nyanyi ala Mesir, kan aneh banget.

Tapi saya bilang film ini asli bikinan orang Islam, karena memang Mustafa Al-Aqqad, sang produser sekaligus sutradaranya, memang seorang muslim keturunan Syria. Lahir di Aleppo (orang Arab menyebutnya Halab), Syria 1 Juli 1930. Kemudian dia meneruskan kuliah di California University Amerika dan berkembang di Hollywood.

Mustafa sendiri meninggal oleh ledakan bom tahun 1995, yang diduga didalangi oleh agen Mossad di Amman Jordan. Konon sesaat sebelum kematiannya, dia berencana untuk membuat film baru tentang Shalahuddin Al-Ayyubi, versi Hollywood juga, tetapi yang adil dan proporsional.

Baca lebih lanjut

Kerusuhan: Yuk Evakuasi Al-Azhar ke Indonesia

Oleh: Ahmad Sarwat, Lc.

Kalau tidak ada kepastian kapan situasi akan membaik dan kapan perkuliahan bisa dimulai lagi, lantas bagaimana dengan nasib 5000-an mahasiswa kita di Al-Azhar Mesir? Apakah mereka harus DO begitu saja dan putus kuliah?

Memang SBY menjanjikan bahwa bila nanti situasi sudah aman, para mahasiswa kita akan difasilitasi negara untuk bisa meneruskan kuliah kembali. Tetapi siapakah yang bisa memegang janji seorang SBY?

Maka tidak salah kalau saat ini kita sudah harus berpikir lebih jauh, yaitu mengapa kita tidak mendirikan saja Al-Azhar di Indonesia, sebagaimana Universitas Al-Imam Muhammad Ibnu Suus Al-Islamiyah yang buka cabang di Jakarta, menjadi LIPIA.

Sehingga akan memudahkan proses belajar mengajar. Para mahasiswa kita tidak perlu terbang jauh-jauh sampai ke Mesir, cukup para dosen dari Al-Azhar saja yang kita `transfer` ke negeri kita.

Kalau pelatih dan pemain bola saja bisa kita beli dari luar negeri, masak sih kita tidak bisa membiayai para ulama, profesor atau doktor dalam ilmu-ilmu keislaman?

Baca lebih lanjut

Jelang Valentine, Ortu Diimbau Waspada

Jelang Valentine, Ortu Diimbau Waspada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Generasi muda Islam di Tanah Air diimbau tidak mudah latah mengikuti tren perayaan Valentine Day yang kerap disalah artikan sebagai hari kebebasan bagi pasangan muda-muda.

Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Muhammadiyah, Masyithoh Chusnan, kepada Republika, di Jakarta, Jumat (11/2), mengatakan bagi kalangan yang mempunyai latarbelakang agama dan wawasan yang kuat tradisi tersebut penting dihindari. Tradisi tersebut memiliki latarbelakang sejarah, ideolog, dan filosofi yang berseberangan dengan agama.

Apalagi, perayaan valentine, kata Masyithoh, oleh sebagian remaja disalahpahami sebagai momen kebebasan, bersuka ria, dan bersenang-senang. Bahkan, sering digunakan ajang berkhalwat dengan pasangan non Muhrim.

Ironisnya, sebagian orangtua tidak memahami dampak dan resiko tersebut dengan memberikan izin dan kesempatan bagi anak mereka. ”Dengan persetujuan orang tua seakan anak punya hak dan kesempatan bertindak bebas,”kata dia

Oleh sebab itu, kata Masyithoh, para orangtua diminta mengawasi anak agar tak terjerumus dalam hal yang dinistakan agama. Belajar dari pengalaman Malaysia, langkah pemerintah setempat patut dihargai lantaran melakukan razia bagi pasangan muda mudi non Muhrim yang merayakan valentine.

Red: Stevy Maradona
Rep: Nashih Nasrullah

Sumber: Republika OnLine

Hal-hal yang Bisa Membakar Nilai Amal Ibadah

Hal-hal yang mengurangi dan bisa membakar nilai amal ibadah:

  1. Sudah sholat, buka aurat lagi,
  2. Janji taubat, ma’siyat lagi,
  3. Beramal tetapi riya,
  4. Pulang haji masih berbuat dzholim,
  5. Sudah nikah masih berzina ~ (40 tahun amal sholeh hangus karena zina),
  6. Tekun ibadah tetapi durhaka kepada orang tua,
  7. Setelah dzikir, gosip lagi,
  8. Sudah sukses, dengki pada yang lain,
  9. Beriman, tetapi percaya pada dukun dan zimat-zimat,
  10. Sudah beramal sembunyi-sembunyi, diam-diam ujub.

(Al Qur-an; Surah 9 ayat 17)

Ayo ikhtiar terus memperbaiki amal kita, Sahabatku..
K. H. Muhammad Arifin Ilham

~

Diambil dari
halaman Facebook K. H. Muhammad Arifin Ilham,
11 Februari 2011, 03.30 WIB
,
dengan sedikit penyuntingan, tanpa mengubah esensi tulisan. (Fariz) 😉

“Kultwit” tentang Ghazwul Fikriy oleh Akmal Sjafril

“Kultwit” merupakan salah satu istilah yang sering digunakan di kalangan pengguna Twitter di Indonesia, yang merujuk pada “Kuliah Twitter”. Kultwit merupakan serangkaian “tweet” berkesinambungan yang digunakan untuk saling berbagi wawasan, pengetahuan, atau pemikiran mengenai topik tertentu.

Berikut ini saya tampilkan isi kultwit tentang Ghazwul Fikriy (Perang Pemikiran), yang dituliskan oleh Akmal Sjafril pada tanggal 28 Januari 2011 melalui akun twitter beliau (@malakmalakmal) dengan menggunakan hashtag #GhazwulFikriy. Selamat membaca, mudah-mudahan Allah menambahkan ilmu yang barokah bagi kita semua 😉

01. Kemarin sy menjadi narasumber di Radio Dakta. Temanya ttg sikap aktivis dakwah thd #GhazwulFikriy

02. Sebagian dr yg sy sampaikan di situ sudah tercantum dlm buku #IslamLiberal101. #GhazwulFikriy

03. Saya yakin banyak yg sdh kenal #GhazwulFikriy. Artinya kurang lebih: Perang Pemikiran.

04. Keterlaluan kalau ada aktivis dakwah yg tdk tahu #GhazwulFikriy. Sebagian harakah menjadikannya bahasan khusus dlm kaderisasi.

05. Tapi kalau soal menerjunkan diri ke dlm kancah #GhazwulFikriy, jawabannya bisa macam2.

06. Dr pengalaman, banyak yg enggan terjun dlm #GhazwulFikriy. Misalnya dlm masalah Islam liberal.

Baca lebih lanjut