Protes Perang di Afghanistan, Pejabat AS Mengundurkan Diri

Seorang pejabat AS yang mundur dari jabatannya karena merasa tidak sejalan dengan kebijakan perang berkelanjutan yang digulirkan pemerintah AS di Afghanistan. Matthew Hoh, menjadi pejabat pemerintah AS pertama yang memilih melepaskan jabatannya daripada mengikuti kebijakan perang AS di Negeri Para Mullah itu.

Surat kabar Washington Post menulis bahwa Hoh mengajukan surat pengunduran diri pada bulan September lalu sebagai pejabat senior departemen luar negeri AS yang ditempatkan di provinsi Zabul, Afghanistan. Hoh mempertanyakan alasan kehadiran militer AS di negeri itu.

“Saya sudah tidak mampu memahami dan tidak sudah tidak percaya lagi dengan tujuan kehadiran militer AS di Afghanistan. Saya ragu dan keberatan dengan strategi yang dilakukan AS sekarang dan rencana strategi AS di masa depan. Tapi pengunduran diri saya bukan atas dasar bagaimana kita melakukan perang ini, tapi mengapa dan untuk tujuan apa perang ini dilakukan,” demikian pernyataan yang ditulis Hoh dalam surat pengunduran dirinya yang disampaikan pada kepala personel departemen luar negeri AS.

Baca lebih lanjut

Ironi Para Peraih Nobel Perdamaian

Barack Obama, presiden AS, baru saja mendapatkan Nobel Perdamaian. Banyak pihak yang mengernyitkan kening atas penghargaaan itu. Pasalnya, seperti diketahui, Obama adalah aktor utama atas bergejolaknya Afghanistan. Ternyata, memang seperti itulah rekam jejak para peraih Nobel Perdamaian selama ini. Berikut kilasannya.

— Henry Kissinger; mempunyai peran besar atas urusan dan kebijakan luar negeri AS antara tahun 1969 sampai 1977. Ia juga yang mempunyai andil dalam perang Vietnam. Dia banyak dihujat karena perang Vietnam ini dan juga atas upayanya dalam membangun para diktator di Amerika Latin, seperti Chile dan Argentina.

— Shimon Peres; Perdana Menteri Israel ke-9. Kejahatannya terhadap bangsa Palestina tidak usah dipertanyakan lagi. Bahkan sebagian lembaga internasional meminta pernghargaan Nobel Perdamaian untuk Peres dicabut.

Baca lebih lanjut

Beginilah Jeritan Hati Prajurit AS di Afghanistan

Berperang dengan tujuan yang tidak jelas membuat banyak tentara AS yang ditugaskan di Afghanistan mengalami depresi berat dan kekecewaan yang mendalam. Mereka banyak yang merasa putus asa dan cuma satu yang mereka inginkan, kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga.

Pengakuan itu datang dari Kapten Jeff Masengale dari Divisi Gunung ke-10 Batalion Infanteri 2-87 yang dilansir The Times edisi Kamis (8/10). Depresi dan rasa putus asa yang dalam, kata Jeff, membuat moral pasukan AS menurun drastis karena apa tujuan perang ini sebenarnya, tidak jelas.

"Mereka sudah lelah, tertekan, bingung dan ingin segera melewati masa-masa ini," tambah Kampten Sam Rico dari Batalion Artileri Divisi 4-25. Menurut Kapten Rico, tentara-tentara AS merasa telah membahayakan diri mereka sendiri dengan berbagai target yang dibebankan pada mereka.

Baca lebih lanjut

Pentagon Pasok Bom-Bom Canggih Buat Israel

AS kembali memberikan dukungan persenjataan baru untuk angkatan bersenjata Israel. ABC News pada Selasa (6/10) melaporkan bahwa Pentagon baru-baru ini memutuskan untuk memberikan bantuan pada Israel untuk membuat bom-bom canggih yang disebut Massive Ordnance Penetrator (MOP).

Bom-bom itu adalah bom berkekuatan dahsyat yang digunakan untuk menghancurkan bunker-bunker besar yang oleh AS, dulunya direncanakan untuk digunakan di Irak dan Afghanistan. Laporan ABC News menyebutkan, Israel nampaknya akan menggunakan bom-bom tersebut untuk menggempur fasilitas nuklir Iran

Baca lebih lanjut

Israel Susun Strategi Baru untuk Kuasai Dunia

Kementerian Luar Negeri Israel yang sekarang dipimpin oleh Avigdor Lieberman sedang menyusun sebuah memo yang sifatnya rahasia berisi rencana perubahan radikal strategi dan kebijakan luar negeri Israel.

Jerusalem Post (JP) mengutip pernyataan sumber-sumber di kementerian luar negeri Israel menyebutkan, Avigdor Lieberman selaku menteri luar negeri akan mengumpulkan para staff seniornya dalam beberapa hari ini untuk membahas ide-ide yang tercantum dalam memo yang tebalnya hanya lima halaman itu dan disebut-sebut sebagai "pedoman untuk seluruh kebijakan luar negeri yang baru."

Menurut JP yang berhasil mendapatkan salinan memo tersebut, salah satu kebijakan luar negeri baru yang akan diterapkan rejim Zionis Israel adalah melepaskan "ketergantungan tunggal" pada negara AS yang selama ini menjadi sekutu strategis Israel. Tapi Israel harus mulai membuka hubungan yang lebih luas dan erat dengan kekuatan dunia lainnya dan dengan negara-negara berkembang.

Ada tiga hal utama yang menjadi fokus kebijakan luar negeri Israel berdasarkan memo tersebut. Antara lain, memperluas hubungan dengan negara-negara yang selama ini "sama sekali tidak dilirik" oleh pemerintahan Israel sebelumnya, menurunkan ekspetasi dunia internasional atas negosiasi antara Israel dan Palestina serta menciptakan kebijakan tidak ada toleransi sama sekali atau "zero tolerance" di seluruh dunia terhadap hal-hal yang bernuansa anti-semit.

Baca lebih lanjut

Yahudi AS, Amalia Rehman: “Telah Saya Temukan Kebenaran Itu”

Meski sudah 20 tahun berselang, Amalia Rehman, tidak bisa melupakan peristiwa bersejarah yang telah mengubah jalan hidupnya. Peristiwa ketika ia memutuskan mengucap dua kalimat syahadat dan menjadi seorang Muslim.

Amalia lahir dari keluarga Yahudi, ibunya seorang Yahudi Amerika dan ayahnya seorang Yahudi Israel. Ayah Amalia, Abraham Zadok bekerja sebagai tentara pada masa-masa pembentukan negara Israel tahun 1948. Kedua orang tuanya termasuk Yahudi yang taat, tapi menerapkan sistem pendidikan yang lebih moderat pada Amalia dan kedua saudara lelakinya. Amalia dan keluarganya pergi ke sinagog hanya jika ada perayaan besar agama Yahudi.

Sejak kecil Amalia dikenal sebagai anak yang cerdas dan ambisius. Pada usia 13 tahun, Amalia mulai merasa ingin menjadi orang yang lebih relijius. Karena ia menganut agama Yahudi, maka Amalia berniat memperdalam ajaran agama Yahudi. Tapi, setelah mempelajari Yudaisme, Amalia merasa belum menemukan apa yang dicarinya. Ia lalu ikut kursus bahasa Ibrani, itupun tak membantunya untuk menemukan hubungan relijiusitas agama yang dianutnya.

Kemudian, sambil kuliah di bidang psikologi di Universitas Chicago, Amalia mengambil kursus Talmud. Amalia menyebut masa itu sebagai masa yang paling membahagiakannya, karena ia melihat titik terang dari apa yang dicarinya selama ini soal agama Yahudi yang dianut nenek moyangnya. Meski akhirnya, ia menyadari bahwa agama Yahudi ternyata tidak memakai kitab Taurat. Para pemeluk agama Yahudi, kata Amalia, tidak mengikuti perintah Tuhan tapi hanya mengikuti apa kata para rabbinya.

“Semua berdasarkan pada siapa yang menurut Anda benar, sangat ambigu. Agama Yahudi bukan agama sejati, bukan agama kebenaran,” ujar Amalia.

Baca lebih lanjut

AS Membuat Al Quran Palsu di Timur Tengah

Al Quran palsu baru saja beredar di Timur Tengah. Qur’an palsu ini dicetak oleh dua perusahaan Amerika dengan embel-embel “True Furqon” atau Furqonul Haq.

Al Qur’an yang telah bertahan lebih dari 1400 tahun keasliannya, seperti yang kita tahu, adalah kitab suci umat Islam. Berbeda dengan Bibel umat Kristen, Qur’an tdaik punya versi apapun, walaupun dalam berbagai terjemahan, termasuk Al Qur’an yang diterjemahkan oleh para orientalis. Yang dimaksud kaum Orientalis di sini adalah para ilmuwan Kristen yang mempelajari Islam dan Qur’an, dengan niat untuk menjatuhkannya.

Qur’an dan terjemahannya yang beredar selama ini mempunyai 114 surat atau bagian, sedangkan True Furqon yang diklaim sebagai “Al Qur’an Abad 21” hanya mempunyai 77 surat, termasuk surat “Al-Fathihah, Al-Jana dan Al-Injil.”

Surat-surat di dalam True Furqon tidak dimulai dengan “Bismillah” sebagaimana Al qur’an kecuali surat tertentu. Yang ada setiap surat dimulai dengan kepercayaan Kristen menyangkut konsep Trinitas. Al Qurqan mempunyai 366 halaman yang memakai huruf Arab dan terjemahan, untuk saat ini, bahasa Inggris. True Furqon juga banyak bertentangan dengan kepercayaan Islam. Salat satu ayatnya bahkan menyatakan bahwa poligami dilarang, perceraian diharamkan dan memuat pembolehan sistem perbankan.

True Furqon yang dijual dengan harga $3 AS mengatakan bahwa jihad sebagai sesuatu yang haram dan dilarang. Yang paling membuat heboh adalah hal ini ditemukan oleh MILF (Moro Islamic Liberation Front). Jadi kemana saja bangsa Arab selama ini? (sa/mb)

Sumber: eramuslim

Konferensi Anti Rasisme, Obama Melindungi Israel

barack-o_242_180Hanya karena mengecam Israel, yang sudah melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina, selama puluhan tahun, dan terakhir Israel melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza, maka AS, tidak mau hadir di dalam Konferensi Anti Rasisme, yang akan berlangsung di Jenewa. Presiden Obama, yang masih berada di Ibukota Trididad, Tobaqo, mengecam konferensi itu, sebagai tindakan yang munafik.

Konferensi yang akan berlangsung di Jenewa, yang berlangsung itu, mendapatkan tantangan dari Israel, AS, Canada, Australia, Jerman, Belanda, Perancis, dan Austria, negara-negara itu secara terbuka menyatakan boikot terhadap konferensi yang sedang berlangsung. Sementara itu, perintah Inggris ingin mengirimkan delegasinya untuk hadhir. Sejauh ini, Presiden AS, Barack Obama, menilai bahwa Konferensi Anti Rasisme itu, ia nilai penuh dengan antagonism, dan hanya memojokkan Israel. “Ini sangat hipokrit dan kontraproduktif”, ujar Obama. Keputusan Obama, tidak akan mengirim delegasi ke dalam konferensi itu. AS memboikot konferensi itu, serta menegaskan, bahwa Obama, menginginkan agar konferensi itu, merupakan kerjasama yang baik antar negara, dan menghentikan segala bentuk diskriminasi.

Tapi, anehnya, justru AS menolak hadhir, hanya karena konferensi itu, draf akhirnya secara terang mengecam terhadap Israel, yang melakukan praktek diskriminasi dan sangat rasialis. Baca lebih lanjut

Israel Negara Bangkrut

Tantangan yang paling menghancurkan masa depan Israel adalah krisis ekonomi yang sekarang menghempaskan Israel. Kelompok sayap kanan, yang dimotori oleh Partai Likud dan Yisreali Beitneinu, harus berhadapan dengan kenyataan yang pahit bagi masa depan Israel.

Ancaman masa depan Israel, bukan hanya kelompok Hamas di Palestina, tapi kondisi ekonomi Israel,yang sekarat akibat krisis global, dan selama ini ekonomi Israel hanya ditupang oleh bantuan Barat (AS dan Uni Eropa).

Gambaran ekonomi Israel benar-benar sangat terpuruk selama krisis ini dan disebut sebagai yang : ‘Paling buruk sepanjang sejarah Israel’. Gambaran ini tidak berlebihan. Karena, selain Israel tidak memiliki produk yang cukup diandalkan, kecuali pertanian serta penjualan senjata, yang didatangkan dari AS, yang dijual ke berbagai negara yang sedang terlibat dalam konflik. Sementara itu, Israel tidak memiliki sumber daya alam. Ekonomi Israel benar- benar hanya bergantung bantuan dari Barat, dan relawan komunitas Yahudi yang diaspora di berbagai negara di dunia.

Sekarang, Israel menghadapi krisis yang sangat gawat, di mana eksport Israel turun drastis, sebagai imbas dan dampak dari krisis global, bank-bank menghadapi kesulitan likuiditas yang meningkat, pengangguran tumbuh bersamaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang minus, dan sekarang,  total pengangguran di Israel mencapai 17% dari  jumlah penduduk Israel, investasi menurun, tidak ada lagi investor asing yang mau menjamah Israel, ditambah sektor swasta dan sektor publik ikut ambruk. Sekarang, banyak orang-orang miskin, yang mengantri ke kantor dinas sosial Israel, yang membutuhkan makan.

Baca lebih lanjut

Don’t Expect Too Much On Obama!!

Obama Among Jewish People

It is obvious that Barack Hussein Obama, the current president of United States of America (USA), used a very hypnotic slogan in his presidential campaign last year (2008), which was “CHANGE: We Can Believe In“. That slogan had successfully drugged most people of USA, and even most people of the world, including Indonesia. It is understandable, as he had been expected by the world to be able to change the USA’s foreign policies, after all the mess his predecessor –George Walker Bush– had done with Iraq, Afghanistan, Guantanamo, and most of the Muslim world.

Many people in Indonesia even had more pride and hope on him becoming the president of a superpower country. In my opinion, that was because of one rather unacceptable reason, which was an improper pride of Barry (the nickname of little Obama), concerning that he had been staying and studying in Jakarta for a couple years, when he was just an elementary school kid. They might have different opinion if only they know the truth. Now I can say, don’t expect too much on Obama! Why? I’ll tell you why.

Read more..