Oleh: Tifatul Sembiring
Presiden PKS
Berjalan menyusuri kawasan gempa Sumatra Barat 30 September 2009 lalu, membuat hati ini terenyuh, bergidik menyaksikan bangunan-bangunan yang hampir seluruhnya rubuh di sepanjang jalan. Berada di kota Padang saja, tidak tahan pilunya hati, tangisan dan ratok keluarga korban, disertai sergapan bau amis mayat yang masih belum sempat di evakuasi.
Di kelurahan Tarantang, Lubuak Kilangan, pinggiran kota Padang, rumah-rumah Perumnas yang baru dihuni dua bulan, sudah runtuh kembali. Belum lagi pemandangan sekitar di hampir semua jalur yang kami lewati sambil menyalurkan bantuan, hancur luluh akibat gempa.
Di tengah Kota Padang, menurut data Satkorlak, tidak kurang dari 11 ribu bangunan hancur dan sudah lebih dari 200 jenazah ditemukan. Mulai dari tempat kursus Gama di samping kantor Padang Ekspres, show room mobil Adira, kantor-kantor Pemerintahan, LIA, Pasar Raya, Hotel Ambacang, Hotel Bumi Minang, Kampuang Cino, juga Muaro. Bahkan di Hotel Ambacang sampai hari ini, masih dilakukan evakuasi.
Berbagai spekulasi jumlah korban diungkapkan, karena tidak ada akses jalan masuk. Bongkahan puing beton masih bertumpukan. Di Hotel Ambacang saja, baru 10 persen puing yang dirubuhkan. Sementara bangunan utama kelihatan masih utuh, meski konstruksi sebenarnya sudah patah dua lantai. Aroma busuk kuat tercium sehingga sebagian relawan dan petugas menggunakan masker penutup hidung.